Tren dan Peluang dalam Pengendalian Hayati pada Tanaman Hutan

Ancaman Hama pada Tanaman Hutan

Tanaman hutan (kayu) menempati sekitar 3% dari total luas hutan global. Meskipun persentase ini kecil, area ini sangat penting karena memiliki produktivitas yang tinggi dan menjadi tulang punggung industri kayu dunia. Namun, hutan ini menghadapi ancaman serius dari serangga hama, yang dapat mengurangi produktivitas secara drastis atau bahkan menghentikan penanaman jenis pohon tertentu.

Ancaman ini datang dari dua sumber utama:

  • Spesies hama invasif: Hama-hama ini masuk melalui perdagangan global dan transportasi.

  • Spesies asli: Hama-hama ini adalah serangga lokal yang menemukan inang baru pada pohon-pohon non-asli yang ditanam di hutan tanaman.

Oleh karena itu, diperlukan strategi pengelolaan hama yang efektif dan berkelanjutan untuk menjaga kelangsungan tanaman hutan. Salah satu strategi yang paling berhasil adalah pengendalian hayati.

Tiga Strategi Utama dalam Pengendalian Hayati

Pengendalian hayati terbagi menjadi tiga strategi utama, yang berbeda dalam tingkat dan frekuensi campur tangan manusia:

1. Pengendalian Hayati Klasik (Classical Biological Control - CBC)

Metode ini adalah pendekatan yang paling sering digunakan, terutama untuk mengendalikan hama invasif. Tujuannya adalah untuk mencari, mengimpor, dan melepaskan musuh alami hama dari daerah asalnya ke daerah baru di mana hama tersebut menjadi invasif. Keberhasilan program ini diharapkan dapat menciptakan populasi musuh alami yang mandiri dan berkelanjutan, yang dapat menekan populasi hama tanpa perlu pelepasan berulang.

  • Contoh Sukses: Kasus kumbang penggorok kayu (Sirex noctilio) di hutan pinus di Belahan Bumi Selatan adalah salah satu contoh klasik. Penggunaan tawon parasitoid dan nematoda parasitik Deladenus siricidicola berhasil mengendalikan hama ini.

2. Pengendalian Hayati Augmentatif (Augmentative Biological Control)

Strategi ini melibatkan pelepasan musuh alami secara berulang-ulang untuk menekan populasi hama. Metode ini bisa digunakan untuk hama asli maupun invasif yang sudah mapan.

  • Penerapan di Tiongkok: Tiongkok adalah contoh utama dalam penerapan strategi ini. Mereka menggunakan tawon parasitoid seperti Trichogramma dendrolimi secara masif untuk mengendalikan hama ulat ngengat pinus (Dendrolimus spp.) yang merusak hutan konifer.

  • Penerapan di Brasil dan Kolombia: Di Kolombia dan Brasil, jamur entomopatogen seperti Beauveria bassiana dan predator alami seperti Podisus nigrispinus digunakan secara augmentatif untuk mengendalikan hama pada perkebunan eukaliptus.

3. Pengendalian Hayati Konservatif (Conservation Biological Control)

Metode ini berfokus pada modifikasi lingkungan atau praktik pengelolaan hutan untuk mendukung dan meningkatkan populasi musuh alami yang sudah ada di area tersebut. Meskipun lebih banyak digunakan untuk hama asli, strategi ini juga dapat meningkatkan efektivitas musuh alami yang dilepaskan untuk hama invasif.

  • Penerapan di Kolombia: Di Kolombia, pendekatan ini sangat efektif. Petani hutan sengaja menyediakan sumber karbohidrat dan protein (seperti kepala ikan dan kaki sapi) untuk tawon parasitoid dewasa, sehingga meningkatkan kelangsungan hidup mereka dan efektivitas pengendalian hama.

Kolaborasi Global: Kunci Keberhasilan Jangka Panjang

Pengendalian hayati yang sukses memerlukan penelitian multi-disiplin yang intensif dan kolaborasi global. Hal ini sangat penting karena hama-hama hutan seringkali memiliki penyebaran yang luas atau bahkan global.

  • Studi Kasus: Aliansi BiCEP: Biological Control of Eucalyptus Pests Alliance (BiCEP) adalah aliansi yang didirikan pada tahun 2013 oleh peneliti dan industri dari Australia, Brasil, Afrika Selatan, dan Portugal. Aliansi ini bekerja sama untuk mengembangkan agen pengendali hayati untuk hama-hama eukaliptus yang menyebar secara global. Melalui kolaborasi ini, mereka mencapai kemajuan signifikan dalam mengelola hama seperti tawon gall Leptocybe invasa dan kutu coklat Thaumastocoris peregrinus.

Mengapa Kolaborasi Penting?

  1. Berbagi Sumber Daya: Program pengendalian hayati memakan biaya besar. Dengan bekerja sama, biaya dapat ditanggung bersama, dan keahlian dari berbagai institusi dapat digabungkan.

  2. Solusi Cepat: Kecepatan penyebaran hama terus meningkat, sehingga kolaborasi memungkinkan pengembangan solusi yang lebih cepat sebelum hama menyebar lebih jauh.

  3. Meningkatkan Pengetahuan: Kolaborasi memungkinkan pertukaran pengetahuan tentang biologi, ekologi, genetika, dan metode penangkaran hama dan musuh alaminya.

Tantangan dan Peluang di Masa Depan

Meskipun Pengendalian Hayati Klasik (CBC) telah menjadi andalan, ada beberapa tantangan:

  • Kurangnya Perhatian: Pengendalian hayati augmentatif dan konservatif masih kurang mendapat perhatian dan penelitian dibandingkan dengan CBC.

  • Regulasi yang Ketat: Penerapan agen pengendali hayati, terutama yang bersifat non-asli, tunduk pada peraturan yang ketat, yang dapat memperlambat proses.

Namun, ada peluang besar di masa depan:

  • Peningkatan Hama Asli: Dengan semakin banyaknya serangga asli yang menemukan inang baru pada pohon-pohon non-asli, kebutuhan akan program pengendalian hayati konservatif dan augmentatif akan meningkat.

  • Penelitian Lintas Disiplin: Kolaborasi antar institusi dan negara akan memfasilitasi penelitian yang lebih mendalam, menggabungkan entomologi, genetika, dan ekologi untuk mengembangkan program yang lebih efektif.

Kesimpulan

Pengendalian hayati adalah pondasi utama untuk pengelolaan hama yang sukses pada tanaman hutan. Dengan menggabungkan kekuatan dari tiga strategi utama—klasik, augmentatif, dan konservatif—dan dengan dukungan dari kolaborasi global seperti BiCEP, kita dapat menciptakan solusi yang tangguh dan berkelanjutan. Ini adalah jalan ke depan untuk menjaga kesehatan hutan kita di tengah tantangan global yang terus berkembang


Sumber : 
Hurley, B. P., Slippers, B., & Lawson, S. A. (2025). Biological control in plantation forests: Trends and opportunities. In B. P. Hurley, S. A. Lawson, & B. Slippers (Eds.), Biological control of insect pests in plantation forests (3-17). Springer Nature Switzerland AG.

Posting Komentar untuk "Tren dan Peluang dalam Pengendalian Hayati pada Tanaman Hutan"