Dalam upaya mencapai pertanian berkelanjutan, para ilmuwan beralih ke organisme mengguntungkan yang tidak terduga: mikroba. Organisme kecil ini, yang meliputi bakteri, jamur, dan virus, terbukti menjadi alat yang kuat dalam melawan hama serangga. Mari kita telusuri bagaimana atraktan berbasis mikroba, repelen, dan strategi inovatif lainnya merevolusi pengendalian hama.
Atraktan dan Repelen Mikroba
Mikroba dapat digunakan untuk menarik atau mengusir hama. Misalnya, bakteri yang dimodifikasi secara genetik dan campuran fermentasi telah terbukti meningkatkan tingkat penangkapan hama seperti Drosophila suzukii dan lalat buah. Di sisi lain, senyawa organik volatil mikroba atau microbial volatile organic compounds (mVOCs) sedang dieksplorasi sebagai pengusir serangga alami. mVOCs ini dapat mempengaruhi perilaku serangga, menjadikannya alternatif yang menjanjikan untuk bahan kimia sintetis.
Peran Mikrobioma Usus
Mikrobioma usus yang hidup di sistem pencernaan serangga memainkan peran penting dalam kesehatan dan perilaku serangga. Gangguan pada mikrobioma ini, terutama selama pemeliharaan massal untuk program pengendalian hama seperti teknik serangga steril / sterile insect technique (SIT), dapat mempengaruhi serangga. Para peneliti sedang mengeksplorasi cara untuk memanipulasi mikrobioma ini guna meningkatkan efektivitas strategi pengendalian hama.
Strategi Inovatif dalam Pengendalian Hama
Infeksi Wolbachia
Salah satu perkembangan paling menarik adalah penggunaan nyamuk yang terinfeksi Wolbachia untuk mengendalikan penyakit seperti demam berdarah. Di Cairns, Australia, pengenalan nyamuk ini menyebabkan penurunan 96% kasus demam berdarah pada akhir 2019. Bakteri Wolbachia membuat nyamuk kurang mampu menularkan virus, menawarkan cara alami dan efektif untuk melawan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk.
Paratransgenesis
Paratransgenesis melibatkan modifikasi genetik mikroba untuk mengekspresikan sifat menguntungkan dalam inang serangga. Metode ini telah digunakan untuk:
- Melawan penyakit Chagas dengan memodifikasi simbion usus Rhodococcus rhodnii.
- Menghambat parasit Plasmodium penyebab malaria pada nyamuk menggunakan bakteri rekayasa seperti Asaia bogorensis dan Pantoea agglomerans.
- Mengendalikan Glassy-winged sharpshooter, hama yang mempengaruhi tanaman anggur, dengan menargetkan patogen Xylella fastidiosa.
Biopestisida
Pasar untuk biopestisida, yang mencakup insektisida mikroba dan protektan yang diinkorporasikan ke dalam tanaman, berkembang pesat. Dengan nilai $3 miliar, biopestisida seperti jamur dan nematoda entomopatogen dikenal karena efektivitas dan keamanan lingkungannya dibandingkan dengan pestisida konvensional.
Tantangan dan Arah Masa Depan
Meskipun alat mikroba ini memiliki potensi besar, mereka juga menghadapi tantangan. Masalah seperti stabilitas mikroba, tekanan lingkungan, dan kebutuhan untuk penargetan spesifik agar tidak merugikan spesies non-target harus diatasi. Penelitian dan pengembangan yang berkelanjutan sangat penting untuk mengatasi hambatan ini dan sepenuhnya mewujudkan potensi pengendalian hama berbasis mikroba.
Potenis Produk Alami Mikroba
Meskipun jumlah insektisida mikroba yang tersedia saat ini terbatas, ada potensi besar untuk menemukan produk alami mikroba baru. Teknik canggih seperti metagenomik membuka jalan baru untuk menemukan produk alami ini, yang dapat mengarah pada pengembangan insektisida baru.
Kesimpulan
Mikroba terbukti menjadi rekan yang tak ternilai dalam melawan hama serangga. Dari atraktan dan repelen mikroba hingga strategi inovatif seperti infeksi Wolbachia dan paratransgenesis, organisme kecil ini membantu membuka jalan untuk pengendalian hama yang lebih berkelanjutan dan efektif. Seiring dengan kemajuan penelitian, integrasi alat mikroba dengan teknologi lain menjanjikan untuk mengubah pertanian dan melindungi tanaman kita dengan cara yang ramah lingkungan.
Sumber : disini
Posting Komentar untuk "Memanfaatkan Mikroba untuk Pengendalian Hama Berkelanjutan"